Seperti apa yang kita semua tahu, saat ini
sudah memasuki masa-masa akhir bulan ramadhan. Bulan penuh rahmat, ampunan dan pembebasan
dari api neraka. Bulan yang kita diperintahkan puasa selama 30 hari. Ya puasa,
what ever lah mengenai definisi puasa menurut pendapat anda, yang jelas dalam
puasa kita harus mampu melawan dan memerangi segala bentuk hawa nafsu yang
negatif.
Selain itu bulan puasa adalah bulan jihad atau
perjuangan, bulan ijtihad atau berpikir dan bulan mujahadah atau mendekatkan
diri pada Allah SWT. Sudahkah itu kita lakukan. Sudahkah kita berjihad atau
berjuang selama Ramadhan ini? Puasa misalnya, menahan makan dan minum saja.
Kalaupun sudah, toh siang hari di setiap rumah makan parkirannya juga masih tetap penuh. Sudahkah kita
berjuang melawan kemalasan? Wong bangun pagi saja jam 07.00, tidur lagi jam
12.00 dan baru bangun jelang berbuka. Semua anggota badan terasa lemas dan tak
berdaya.
Dalam hal berijtihad, sudahkah kita berpikir
apa yang terbaik dilakukan di bulan suci ini? Sudahkah kita tidak lagi ngrasani
orang lain? Atau masih senang kita dalam bersu’udzon ria, bergunjing
kesana-kemari, dan saling menyalahkan
diantara sesama muslim??? Belum banyak atau bahkan belum ada ijtihad yang kita
lakukan.
Satu aspek lagi yang tak kalah pentingnya.
Mujahadah. Apakah kita sudah merasa dekat dengan Allah SWT sehingga waktu
sholat tarawih terbuang untuk jalan-jalan dan shopping. Waktu i’tikaf dan
dzikir lewat karena tertidur. Apalagi
dalam hari-hari terakhir Ramadhan ini, seakan Allah SWT sudah mafhum
akan kondisi kita sehingga wajar saja jika kita tinggalkan sholat untuk buat
kue lebaran, kita tinggalkan puasa karena kepanasan dan lelah setelah
muter-muter beli baju baru, tinggalkan shodaqoh dan zakat tapi mampu beli
perhiasan baru, sandal serta sepatu baru.
Kita selama ini memang belum puasa, yang ada
kita sudah Puas-Ah. Puas mengobral hawa nafsu, puas buka bersama dengan kekasih
walaupun tanpa disertai puasa, puas membeli perlengkapan hari raya tanpa ada cara bagaimana berjuang mencari hakikat hari raya. Maka kalau sudah seperti itu sudah
pantaskah kita berhari raya? Jika kita sadari, Ramadhan hanya satu bulan terasa
amat sangat kurang dalam menggembleng jiwa raga kita. Kita belum pantas berhari
raya, maka Hari Raya itu akhirnya harus ditunda. Wallahu ‘alam bis shawab.
()
Abdul Rozaq,
10 Agustus 2012 / 21
Ramadhan 1433 H
Pojokan Pesantren
Darul Ihsan Menganti-Gresik