Jumat, 10 Agustus 2012

DAN HARI RAYA ITU AKHIRNYA DITUNDA.*



Seperti apa yang kita semua tahu, saat ini sudah memasuki masa-masa akhir bulan ramadhan. Bulan penuh rahmat, ampunan dan pembebasan dari api neraka. Bulan yang kita diperintahkan puasa selama 30 hari. Ya puasa, what ever lah mengenai definisi puasa menurut pendapat anda, yang jelas dalam puasa kita harus mampu melawan dan memerangi segala bentuk hawa nafsu yang negatif.
Selain itu bulan puasa adalah bulan jihad atau perjuangan, bulan ijtihad atau berpikir dan bulan mujahadah atau mendekatkan diri pada Allah SWT. Sudahkah itu kita lakukan. Sudahkah kita berjihad atau berjuang selama Ramadhan ini? Puasa misalnya, menahan makan dan minum saja. Kalaupun sudah, toh siang hari di setiap rumah makan parkirannya  juga masih tetap penuh. Sudahkah kita berjuang melawan kemalasan? Wong bangun pagi saja jam 07.00, tidur lagi jam 12.00 dan baru bangun jelang berbuka. Semua anggota badan terasa lemas dan tak berdaya.
Dalam hal berijtihad, sudahkah kita berpikir apa yang terbaik dilakukan di bulan suci ini? Sudahkah kita tidak lagi ngrasani orang lain? Atau masih senang kita dalam bersu’udzon ria, bergunjing kesana-kemari,  dan saling menyalahkan diantara sesama muslim??? Belum banyak atau bahkan belum ada ijtihad yang kita lakukan.
Satu aspek lagi yang tak kalah pentingnya. Mujahadah. Apakah kita sudah merasa dekat dengan Allah SWT sehingga waktu sholat tarawih terbuang untuk jalan-jalan dan shopping. Waktu i’tikaf dan dzikir lewat karena tertidur.  Apalagi dalam hari-hari terakhir Ramadhan ini, seakan Allah SWT sudah mafhum akan kondisi kita sehingga wajar saja jika kita tinggalkan sholat untuk buat kue lebaran, kita tinggalkan puasa karena kepanasan dan lelah setelah muter-muter beli baju baru, tinggalkan shodaqoh dan zakat tapi mampu beli perhiasan baru, sandal serta sepatu baru.
Kita selama ini memang belum puasa, yang ada kita sudah Puas-Ah. Puas mengobral hawa nafsu, puas buka bersama dengan kekasih walaupun tanpa disertai puasa, puas membeli perlengkapan hari raya tanpa ada cara bagaimana berjuang mencari hakikat hari raya. Maka kalau sudah seperti itu sudah pantaskah kita berhari raya? Jika kita sadari, Ramadhan hanya satu bulan terasa amat sangat kurang dalam menggembleng jiwa raga kita. Kita belum pantas berhari raya, maka Hari Raya itu akhirnya harus ditunda. Wallahu ‘alam bis shawab. ()

Abdul Rozaq,
10 Agustus 2012 / 21 Ramadhan 1433 H
Pojokan Pesantren Darul Ihsan Menganti-Gresik