Selasa, 18 Oktober 2011

MENCARI KETEPATAN PRESISI DI BERBAGAI MAQAM


Apa anda pernah memakan masakan yang enak? Pernah juga kan merasakan masakan yang sama sekali tidak menggugah selera makan? Suatu masakan bisa dikatakan enak dan sedap apabila campuran antara gula dan garamnya pas, tidak terlalu manis tidak pula terlalu asin. Takaran bumbunya seimbang sesuai dengan aturan dan resep yang ada. Tak hanya itu, berbagai bahan dan bumbu itu diolah sedemikian rupa dengan berbagai cara yang sudah diukur ketepatannya sehingga mampu menimbulkan aroma sedap dan akhirnya terciptalah masakan yang berkualitas.
Bukan hanya bahan-bahan istimewa yang mampu menghasilkan masakan istimewa, tetapi ketepatan presisi dalam memasak juga merupakan faktor terpenting penentu kualitas masakan. Berbagai macam takaran, aturan bumbu-bumbu, dan cara memasak yang menggunakan ketepatan presisi yang pas yang akhirnya menentukan sedap tidaknya masakan.
Berbicara lebih luas, tidak hanya memasak yang membutuhkan suatu ketepatan presisi. Pak SBY saat ini pun sedang mengatur kembali berbagai posisi para menteri untuk mendukungnya mengatur jalannya pemerintahan. Reshufle kabinet tentu juga mempertimbangkan ketepatan presisi minimal menurut Pak SBY sendiri, karena memang reshufle kabinet merupakan hak prerogatif presiden.
Atau terlalu tinggi kalau kita melihat ketepatan presisi yang digunakan presiden, kita lihat saja para pegawai yang telah menerima gaji bulanannya. Mereka tentu membagi gaji itu sesuai kebutuhannya masing-masing, sebagian untuk kebutuhan sehari-hari, sebagian untuk foya-foya, sebagian untuk bayar hutang, sebagian untuk jajan, sebagian untuk sedekah dan sebagian lainnya untuk ditabung. Pengaturan itu tentu juga diatur ketepatan presisinya sehingga antara pemasukan dan pengeluaran tidak sampai besar pasak daripada tiang.
Para mahasiswa yang baru lulus juga sibuk mencari pekerjaan yang cocok bagi dirinya. Cocok dalam bidang keilmuannya, cocok dengan lingkungannya, cocok dengan jerih payahnya dan yang utama pasti juga melihat kecocokan dengan gaji yang akan diterimanya. Semuanya membutuhkan pemikiran yang mendalam tentang ketepatan presisinya.
Melihat hal tersebut, semua aspek pasti membutuhan pemikiran dan tindakan yang harus dipaskan dulu dengan presisinya. Jika saja aspek ketepatan presisi tidak dipertimbangkan sebelumnya maka tak dapat dipungkiri lagi pasti banyak ketidak beresan yang terjadi kemudian. Ibarat masakan pasti ada yang keasinan, anyep, terlalu pedas atau malah hambar dan tidak terasa apa-apa. Untuk itu maka penting kita pertimbangkan ketepatan presisi segala macam hal yang akan kita lakukan sehingga tujuan dan cita-cita yang diharapkan lebih cepat terwujud dan tentunya hal itu juga bisa mempersiapkan diri kita untuk menghadapi segala macam hambatan yang akan terjadi. InsyaAllah... ()
Mojokerto, 16 Oktober 2011
Terinspirasi oleh Maiyah Bangbang Wetan Oktober 11

Sabtu, 01 Oktober 2011

AKU, ENGKAU, KITA


Aku sungguh teringat akan kita kawan,
Satu tahun, dua tahun dan tiga tahun berlalu
Masa disaat kita saling mengeratkan genggaman, saling membisikkan semangat dan saling menghangatkan dengan sebuah senyuman.
Lalu lalu empat tahun selesai.
Itu hari ini lho, bukan esok, kemarin atau mungkin lusa
Tak usahlah Aku berangan terlalu terlampau
Tiga tahun, empat tahun atau lima tahun lagi dimanakah aku dan engkau?
Ketika tiba masa-masa kangen itu muncul
Dimanakah kita semua? Dimanakah kita akan bermaqam saat itu ada?
Aku terbayang senyuman awal saat kita pertama kali bertemu,
Aku terbayang renyahnya canda tawa kita,
Aku terbayang sedu sedan sedih dan perjuangan yang telah kita lakukan
Aku teringat betapa akrab dan sangat dekatnya kita semua
Sehingga mungkin aku tak kan mampu menanti saat tiba waktunya kita akan mengakhiri semuanya
Tapi sekarang hari itu telah tiba, datang dan menghampiri kita semua.
Sekarang senyuman itu ada saat kita di beri nikmat kelulusan.
Senyuman kawan, senyuman, bukan tangisan dan kesedihan
Kita pasti meneruskan canda tawa kita di maqam kita masing-masing
Kita harus tetap dekat dan akrab, sampai kapanpun dan seterusnya
Berawal dari tak saling mengerti, kini kita saling memahami.
Inilah yang akan kita jaga bersama, selamanya….. Amien.

Surabaya, 23 September 2011