Selasa, 23 Agustus 2011

DOA HALAL BI HALAL DAN PERPISAHAN MAHASISWA PPL II UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA DENGAN KELUARGA BESAR SMA NEGERI 2 MEJAYAN


Bismillahi rahmani rahim, Allahumma sholli ala sayyidina muhammad wa ala ali sayyidina muhammad, wal hamdulillahi robbil alamin. Hamdasy syaakiriina hamdan naa’imiin. Hamdan yuwaafii ni’amahuu wa yukaafiyyu maziidah. Yaa rabbanaa lakal hamdu kamaa yanbaghii lijalaali wajhika wa ’adhiima sulthaanika.

Allahumma Ya Allah,
Wahai zat yang maha terpuji, puji syukur senantiasa kami haturkan kehadirat-Mu yang telah melimpahkan berbagai nikmat kepada kami seperti yang terjadi pada pagi hari ini dimana Engkau masih mempertemukan kami pada suatu majelis yang mubarokah ini yakni halal bi halal dan perpisahan mahasiswa PPL II Unesa dengan seluruh Keluarga Besar SMAN 2 Mejayan dengan kondisi yang optimal dan dalam keadaan sehat wal’afiat

Ya Allah Ya Rabb penguasa alam semesta,
Pagi ini izinkanlah kami, mahasiswa PPL II Unesa bersama seluruh keluarga besar SMAN 2 Mejayan untuk bermunajat kepadaMu, memohon ridho, petunjuk serta ampunanMu sebagai bekal kami untuk melangkah dan menapaki kehidupan ini, agar dikemudian hari nanti apa yang telah kami lakukan dapat membawa manfaat dan maslahat baik bagi diri sendiri, agama, maupun bagi bangsa Indonesia tercinta ini.

Allahumma Ya Hakim Ya Amin,
Pada detik yang bersejarah ini, kami mengulurkan tangan pengharapan kami untuk memohon ikhsan dan rahmatMu agar Engkau anugerahkan kesejahteraan, taufik dan hidayah kepada kami, insan yang saat ini akan berpisah. Kami sadar bahwa setiap pertemuan pasti ada perpisahannya, kamipun juga sangat menyadari bahwa keabadian hanyalah milikmu semata Ya Allah... Oleh karena itu Ya Rahman, jadikanlah bermacam hikmah dibalik perpisahan yang tengah kami lakukan ini, karena semuanya adalah ketentuan dan takdir yang telah Engkau tetapkan.

Ya Mursyidu Imani Wa Maula Jihady,
Wahai penuntun Iman dan muara perjuangan kami, selama 2 bulan kami disini, kami banyak mendapat kesempatan belajar mengenai banyak hal. Untuk itu ya Rabb perkenankan kami agar selalu bisa belajar di berbagai waktu dan kesempatan, belajar untuk menyempurnakan apa yang masih kurang, belajar untuk memperbaiki apa yang masih salah serta belajar untuk mengarungi samudra kehidupan ini Ya Allah.

Wahai zat yang maha sempurna,
Kami hanyalah manusia biasa yang lemah dan penuh dosa, kami hanyalah hambamu yang sering berbuat salah, luput dan khilaf. Maka dari itu Ya Allah, ampunilah dosa-dosa kami, dosa bapak/ibu guru kami, dosa orang tua kami, dosa anak didik kami serta dosa orang-orang yang kami cintai. Curahkanlah rahmatMu kepada kami kemudian tegur dan sadarkan kami apabila kami melakukan kesalahan dan kekeliruan dalam segala tindakan kami.

Wahai cakrawala rindu kami,
Rindukan kami padaMu, rindukan kami pada MuhammadMu serta rindukan kami pada orang-orang yang selalu mencintaimu seperti keluarga besar SMAN 2 Mejayan ini. Ya Rabb, dengan berakhirnya perpisahan ini janganlah engkau putuskan tali silaturrahim yang sudah terjalin dengan erat ini akan tetapi jadikanlah perpisahan ini sebagai batu pijakan untuk semakin mempererat persaudaraan diantara kami.

Allahumma Aj’alna wa auladana wa talamidzana min ahlil ilmi, wa ahli ibadah, wa ahli syukr wa ahlil khoir.

Akhirnya ya Rabb, janganlah Engkau hampakan segala hajat dan impian kami ini. Hanya kepadaMu tempat kami berharap dan hanya Engkau yang mampu mencukupi segala kebutuhan kami.

Robbanaa arinal haqqa haqqan warzuqnat tibaa’ahuu wa arinal baathila baathila warzuqnajtinaabahuu. Robbana ’atina fiddunya khasanah wa fil akhirati khasanah waqiina adzabannar. Subhana robbika robbil izzati amma yasifun wasalamun ’alal mursalin wal khamdulillahi robbil alamin.


Abdul Rozaq
Mejayan - Caruban - Madiun, 190910

Minggu, 07 Agustus 2011

PENYAIR DAN PEMBUAT ARANG

PENYAIR DAN PEMBUAT ARANG
Selayang pandang tujuan hidup

Ada seorang penyair dan sastrawan terkenal di negeri ini. Puisi-puisinya cukup menawan, pentas-pentas yang diselenggarakannya sudah berkelas internasional, siapapun kagum dengan karya-karyanya tetapi dia hidup dalam keterbatasan ekonomi. Untuk beli mobil yang agak mewah saja tidak pernah bisa terwujud, penghargaan-penghargaan yang diraihnya hanyalah berupa penghargaan bukan berupa keberlimpahan ekonomi. Sampai suatu saat dia protes kepada Tuhan. Pergilah dia ke puncak gunung lawu, disana dia ajak Tuhan berkomunikasi dengannya. Dalam protesnya di puncak gunung itu dia mengatakan, “Wahai Tuhan, sekarang ini aku engkau anugerahi suatu kelebihan berupa syair-syair puisi, saat ini aku engkau beri kejernihan pikiran dalam merespon berbagai keadaan ke dalam bait-bait tulisan yang mampu mempesona siapa saja yang mendengarkannya, tetapi Tuhan aku rasa semua ini percuma saja karena sekarang aku masih hidup dalam berbagai keterbatasan. Bukan aku yang menyia-nyiakan kelebihan yang engkau anugerahkan kepadaku tetapi engkau sendirilah yang tidak memberikan aku rezekimu lewat kelebihan yang aku miliki ini. Lalu bagaimana aku hidup dihari-hari mendatang ini Ya Tuhan? Sekarang aku bertanya kepadaMu, apa sebenarnya yang engkau mau Tuhan???”
Tetapi setelah protes yang disampaikannya di puncak gunung itu dia juga tetap tidak memperoleh jawaban dari Sang Tuhan. Akhirnya diputuskan kalau dia akan turun gunung, dalam perjalanannya turun gunung, dia menjumpai seorang pembuat arang di suatu perkampungan. Sambil istirahat dia berbincang dengan sang pembuat arang ini, sampai sang penyair ini bertanya kepada pembuat arang. “Bapak, seandainya Tuhan akan mengabulkan keinginan yang bapak inginkan, apakah keinginan yang bapak inginkan itu?”. Dengan entengnya pembuat arang itu menjawab, “Aku hanya ingin arang yang aku buat esok lebih baik dari arang yang aku buat hari ini!!”. Maka saat itu tersentaklah sang penyair ini, beraninya dia protes kepada Tuhan sedangkan pembuat arang ini saja hanya ingin karyanya agar bisa lebih baik dari yang sebelumnya. Subhanallah.

Balai pemuda, 21 Januari 2011
Disarikan dari Bangbang wetan

Selasa, 02 Agustus 2011

OASE RAMADHAN, FATAMORGANA IDUL FITRI*


Saudaraku, tak terasa bulan Ramadhan sudah berada di tengah-tengah kita dan terus berjalan mendekati kahir tanggalnya dan kemudian bulan Ramadhan yang ditunggu selama 11 bulan akan segera berakhir. Bulan Ramadhan yang awalnya adalah rahmat, ditengah-tengah adalah ampunan dan akhirnya adalah pembebasan dari api neraka akan segera berganti dengan bulan yang lain. Dan bulan Ramadhan yang katanya para setan di belenggu dan dipenjara akan segera meninggalkan kita.

Tapi saudaraku, apakah kita sebagai manusia sudah memanfaatkan bulan yang sangat istimewa ini?? Apakah kita sudah memaksimalkan umur kita di bulan ini untuk menggapai Rahmat, Maghfiroh serta idzkum minan nar dari Allah???

Secara teori memang bulan Ramadhan laksana oase di gurun pasir,, menyegarkan dan menyejukkan setiap makhluk yang berada di dalam maupun yang ada di sekitarnya. Suasananya membawa hawa baru di tengah terik gurun pasir yang panas tersengat matahari sepanjang hari. Mungkin seperti itu juga Ramadhan yang kita alami, sejenak kita tersadar bahwa kita hanyalah makhluk kecil ciptaan Yang Maha Besar dan banyak berbuat dosa dan kesalahan pada siapa saja dan kapan saja, lalu tatkala ramadhan tiba, seakan-akan kita terbius hawa Ramadhan untuk melakukan tobat masal mulai dari aktif sholat berjamaah, tadarrus, sholat tarawih, sahur, puasa, buka bersama, tabligh akbar dan lain-lain yang masih banyak lagi.

Syukur alhamdulillah kalau kita memang sudah benar-benar niat bertaubat lillahhi ta’ala, namun saudaraku…. Sangat tidak terbayangkan kalau ibadah-ibadah itu hanyalah ritual belaka, semua kegiatan penyegar rohani itu hanya pengisi Ramadhan dan tradisi tak tentu arah dan itu sama artinya kita mengambil air di oase untuk menyiram lembah serta gurun pasir yang luas, kering lagi panas itu dan jadinya…. kita hanya isi Ramadhan kita dengan aktifitas sahur, lalu tidur sambil menunggu subuh, syukur kalau bisa bangun tepat waktu kalau tidak ya kita paksakan untuk subuhan jam 6 pagi dibareng dengan sholat dhuha kemudian tidur lagi sampai jam 11, bangun sebentar nonton TV sambil nunggu dzuhur setelah itu tidur lagi sampai jam 4 dilanjutkan sholat ashar dan menunggu buka dan begitu bedug maghrib berbunyi kita langsung balas dendam sampai tidak lagi kuat untuk berdiri apalagi ikut shalat tarawih. Setelah agak malam di lanjutkan jalan-jalan untuk mencari keperluan hari raya. Dan apakah itu juga saudaraku yang sama-sama kita lakukan akhir-akhir ini?? Lalu kalau seperti itu percayalah…. OASE RAMADHAN itu pasti akan kering!!!!

Ramadhan tercinta akhirnya usai sudah, Idul Fitri yang dinantipun tiba. Menginjak idul fitri yang sejatinya adalah hari yang suci, hari yang seperti kita baru dilahirkan kembali laksana bayi yang baru lahir, bersih suci tanpa dosa. Dalam istilah Indonesia sering juga kita sebut hari lebaran yang berasal dari kata lebar yang artinya musnah, hancur atau selesai. Tentu yang dimaksud adalah musnah, hancur dan selesainya dosa kita setelah sebulan di bersihkan di bulan yang suci. Namun apakah seperti seperti itu adanya???

Sudah pantaskah kita ikut berhari raya? Sudah cukup bersihkah diri kita untuk ikut serta bergembira di hari yang fitri?? Apa kita ndak sungkan sama Gusti Allah untuk sekedar merasakan berada di hari kemenangan dengan tanpa berjuang keras pada peperangan yang sudah kita lakukan?? Atau apa kita cukup berbangga diri ikut merasakan makna lebaran dengan tumpukan dosa-dosa yang ada pada diri kita?? Astagfirullah…..

Mungkin kita sangat pantas “berlebaran”, tapi yang lebar atau musnah bukan dosa kita tapi kemaluan dan etika kita yang senantiasa senyam-senyum sambil berkeliling salaman dengan mengucapkan minal aidzin wal faizin tanpa mengerti artinya. Bahkan uang kitapun juga lebar untuk keperluan “prosesi” hari raya seperti beli kue lebaran, baju baru, ongkos mudik dan tetek bengek yang lainnya.

Wahai saudaraku, janganlah jadikan idul fitri ini seperti FATAMORGANA yang cepat lenyap dan tak berbekas. Hari raya Idul Fitri dan Semua prosesi hari rayanya itu pada dasarnya baik jika kita senantiasa mengerti maksud dan tujuannya serta mampu menempatkan diri kita sesuai kemampuan dan dan etika yang ada dan tidak membuat melenceng makna hari raya sehingga hanya akan menjadikannya FATAMORGANA…….

Ja’alanallahu waiyyakum minal” aaidiin wal faaiziin walmaqbuuliin wa’maghfuurin. Wakullu ‘aamin wa antum bikhair! Semoga hal ini tidak hanya jadi tradisi belaka.*

*) oleh : Abdul Rozaq

Ditulis pada ramadhan tahun 2010