Tapi saudaraku, apakah kita sebagai manusia sudah memanfaatkan bulan yang sangat istimewa ini?? Apakah kita sudah memaksimalkan umur kita di bulan ini untuk menggapai Rahmat, Maghfiroh serta idzkum minan nar dari Allah???
Secara teori memang bulan Ramadhan laksana oase di gurun pasir,, menyegarkan dan menyejukkan setiap makhluk yang berada di dalam maupun yang ada di sekitarnya. Suasananya membawa hawa baru di tengah terik gurun pasir yang panas tersengat matahari sepanjang hari. Mungkin seperti itu juga Ramadhan yang kita alami, sejenak kita tersadar bahwa kita hanyalah makhluk kecil ciptaan Yang Maha Besar dan banyak berbuat dosa dan kesalahan pada siapa saja dan kapan saja, lalu tatkala ramadhan tiba, seakan-akan kita terbius hawa Ramadhan untuk melakukan tobat masal mulai dari aktif sholat berjamaah, tadarrus, sholat tarawih, sahur, puasa, buka bersama, tabligh akbar dan lain-lain yang masih banyak lagi.
Syukur alhamdulillah kalau kita memang sudah benar-benar niat bertaubat lillahhi ta’ala, namun saudaraku…. Sangat tidak terbayangkan kalau ibadah-ibadah itu hanyalah ritual belaka, semua kegiatan penyegar rohani itu hanya pengisi Ramadhan dan tradisi tak tentu arah dan itu sama artinya kita mengambil air di oase untuk menyiram lembah serta gurun pasir yang luas, kering lagi panas itu dan jadinya…. kita hanya isi Ramadhan kita dengan aktifitas sahur, lalu tidur sambil menunggu subuh, syukur kalau bisa bangun tepat waktu kalau tidak ya kita paksakan untuk subuhan jam 6 pagi dibareng dengan sholat dhuha kemudian tidur lagi sampai jam 11, bangun sebentar nonton TV sambil nunggu dzuhur setelah itu tidur lagi sampai jam 4 dilanjutkan sholat ashar dan menunggu buka dan begitu bedug maghrib berbunyi kita langsung balas dendam sampai tidak lagi kuat untuk berdiri apalagi ikut shalat tarawih. Setelah agak malam di lanjutkan jalan-jalan untuk mencari keperluan hari raya. Dan apakah itu juga saudaraku yang sama-sama kita lakukan akhir-akhir ini?? Lalu kalau seperti itu percayalah…. OASE RAMADHAN itu pasti akan kering!!!!
Ramadhan tercinta akhirnya usai sudah, Idul Fitri yang dinantipun tiba. Menginjak idul fitri yang sejatinya adalah hari yang suci, hari yang seperti kita baru dilahirkan kembali laksana bayi yang baru lahir, bersih suci tanpa dosa. Dalam istilah
Sudah pantaskah kita ikut berhari raya? Sudah cukup bersihkah diri kita untuk ikut serta bergembira di hari yang fitri?? Apa kita ndak sungkan sama Gusti Allah untuk sekedar merasakan berada di hari kemenangan dengan tanpa berjuang keras pada peperangan yang sudah kita lakukan?? Atau apa kita cukup berbangga diri ikut merasakan makna lebaran dengan tumpukan dosa-dosa yang ada pada diri kita?? Astagfirullah…..
Mungkin kita sangat pantas “berlebaran”, tapi yang lebar atau musnah bukan dosa kita tapi kemaluan dan etika kita yang senantiasa senyam-senyum sambil berkeliling salaman dengan mengucapkan minal aidzin wal faizin tanpa mengerti artinya. Bahkan uang kitapun juga lebar untuk keperluan “prosesi” hari raya seperti beli kue lebaran, baju baru, ongkos mudik dan tetek bengek yang lainnya.
Wahai saudaraku, janganlah jadikan idul fitri ini seperti FATAMORGANA yang cepat lenyap dan tak berbekas. Hari raya Idul Fitri dan Semua prosesi hari rayanya itu pada dasarnya baik jika kita senantiasa mengerti maksud dan tujuannya serta mampu menempatkan diri kita sesuai kemampuan dan dan etika yang ada dan tidak membuat melenceng makna hari raya sehingga hanya akan menjadikannya FATAMORGANA…….
Ja’alanallahu waiyyakum minal” aaidiin wal faaiziin walmaqbuuliin wa’maghfuurin. Wakullu ‘aamin wa antum bikhair! Semoga hal ini tidak hanya jadi tradisi belaka.*
*) oleh : Abdul Rozaq
Ditulis pada ramadhan tahun 2010
Tidak ada komentar:
Posting Komentar