Trip Repport
“PRAMUKA ke JOGYA, Backpacker ala Alumni Gudep Gajahmada-Tribuana” (bagian 2 - habis)
Jum’at pagi tanggal 23 Maret
2012, hujan deras mengguyur bumi Jogjakarta sejak fajar belum menyingsing. Mau
tidak mau perjalanan hari ini untuk menyusuri Jogjakarta sedikit tertunda.
Karena hari jum’at merupakan hari yang pendek maka kami sadar jika kami harus
bergegas berangkat agar bisa mengunjungi berbagai tempat yang sudah masuk dalam
list perjalanan kami. Begitu hujan reda dan matahari mulai menampakkan dirinya
maka kami langsung bergegas berangkat. Kami keluar dari perumahan ambarukmo 3 menuju depan plaza ambarukmo
untuk mencari bus trans jogja yang akan membawa kami ke malioboro.
Setelah menunggu, bis jalur 1A merapat
ke halte dan kami naik setelah terlebih dahulu membeli tiket elektroniknya di halte tersebut. Bus membawa kami ke
kawasan malioboro, tak lebih dari 20 menit kami telah sampai di halte malioboro
2. Jam di tangan sudah menunjukkan pukul 09.00 pagi, rasa lapar telah menggoda
perut kami yang sejak kemarin malam hanya terisi air dan gudeg stasiun saja.
Tapi kami tahan dulu rasa lapar ini dan terus berjalan menyusuri jalanan
malioboro yang masih sepi pada pagi itu.
Tepat di depan, tujuan keenam
kami sudah tampak, yaitu Kantor Gubernur DIY. Karena kami tidak punya
kepentingan apa-apa, maka kami tidak masuk ke kantor itu, cukuplah foto didepan
gerbang kantor saja.. hehe…
Perjalanan kami lanjutkan kembali
ke arah selatan, melewati lorong-lorong kios dan lapak-lapak pedagang yang
mulai bergeliat menawarkan barang dagangan mereka. Tak lama maka tibalah kami
di Pasar Beringharjo, pasar pusat batik di Jogja sekaligus tujuan ke tujuh
perjalanan kami. Setelah berpose di depan bangunan pasar kami mulai masuk dan
mengelilingi dalamnya pasar yang fenomenal tersebut. Cukup lama kami di dalam
pasar sampai perut ini protes untuk
minta diisi terlebih dahulu. 1 jam sudah
kami bergumul dengan berbagai macam batik di dalam pasar dan begitu oleh-oleh
sudah di tangan kami langsung keluar pasar dan menikmati lotek khas malioboro
di depan pasar beringharjo.
Perut kenyang, haripun sudah
beranjak siang… jalan kakipun kembali kami lakukan. Tujuan kami selanjutnya
adalah Benteng Vredeburg. Benteng Vredeburg berarti benteng perdamaian, benteng
ini dibuat oleh belanda dengan tujuan untuk mengamati dan memantau setiap
gerak-gerik yang dilakukan oleh pihak keraton. Memang Benteng ini terlatak
tidak jauh dari keraton jogja, jaraknya hanya sekitar kurang dari 1 km saja.
Didalam benteng ini terdapat 4 ruang diorama, gambar-gambar perjuangan, rute
gerilyanya Panglima Sudirman serta berbagai benda bersejarah lainnya. Disitu
kami sempatkan untuk naik keatas benteng, dari atas benteng tampak kemegahan
Gedung Agung dan padatnya jalanan malioboro. Setelah kami rasa cukup berada di
Benteng Vredeburg maka kami segera cabut dan beralih menuju Gedung Agung
Jogjakarta.
Gedung Agung terlihat begitu
cantik dari depan, salah satu Istana Kepresidenan ini cukup megah dan terawat.
Sangat besar keinginan kami untuk bisa masuk ke dalamnya, sayangnya kami tak
mengantongi izin yang cukup untuk itu. Maka dari itu kami harus puas memandangi
Gedung Agung ini dari balik pagarnya yang kokoh. Setelah kami mengambil gambar
secukupnya, kami melanjutkan perjalanan kembali untuk mencari spot-spot menarik
lainnya.
Banyaknya loji atau bangunan cagar budaya di sekitar Malioboro membuat para
pecinta fotografi dan wisata budaya menjadikannya sebagai surga bagi mereka,
tentunya termasuk kami didalamnya. Kami sempatkan dalam perjalanan kami untuk
mengabadikan antiknya Kantor pos besar
Jogja, eksotisme gedung BNI dan gedung BI serta Monumen Serangan Umum 1
Maret.
Selesai itu semua jam sudah
menunjukkan pukul 10.20 WIB, padahal tidak lama lagi waktu sholat jum’at akan
tiba. Dengan terpaksa akhirnya rencana untuk mengunjungi Museum Sonobudoyo kami
batalkan, kami lebih memilih untuk mengunjungi Keraton Jogja. Dalam perjalanan menuju keraton, kami bertemu
dengan turis dari Italia, kebetulan mereka tidak tahu kemana arah keraton maka
jadilah kami berangkat atau lebih tepatnya jalan kaki bersama menuju keraton
dengan melewati tengah Alun-alun Utara. Begitu sampai di tengah Alun-alun dan
mendekati beringin kembar, cuaca yang dari tadi pagi terik mendadak menjadi
mendung dan hujan turun dengan lebatnya. Posisi kami dan turis Italia ini tepat
berada di tengah Alun-alun dan tidak ada tempat untuk berteduh, jadilah kami
lari pontang-panting untuk mencari Angkringan terdekat sebagai tempat berteduh.
Hujan turun tidak begitu lama,10
menit kemudian hujan sudah mulai reda dan kamipun langsung masuk keraton
setelah sebelumnya membeli tiket terlebih dahulu. Begitu tiba didalam keraton
kami hanya bisa terkesima melihat segala sesuatu yang ada didalamnya. Keraton
Ngayogyakarta Hadinigrat ini begitu unik, mulai struktur bangunannya, para abdi
dalemnya, benda-benda koleksinya, adat istiadatnya sampai pada aura mistiknya
yang cukup untuk membuat bulu kuduk berdiri.
Karena harus segera menunaikan
sholat jum’at, maka kami tidak bisa berlama-lama berada di dalam keraton.
Ketika jam sudah menunjukkan angka 11.30 WIB, kami meninggalkan keraton dan
disambut oleh Kusuma. Rencana awal dalam backpacker
ini, kusuma adalah tour guide kami,
tapi ternyata dia baru muncul sekarang, padahal kami sudah berkeliling jogja
mulai kemarin. Tak dapat dipungkiri setelah melakukan perjalanan kaki dari pagi
hari dengan beban tas yang cukup berat maka haus dan dahaga menyerang kami.
Kami istirahat sejenak di angkringan terdekat sambil menikmati segelas es teh
manis. Disitu kami sepakat untuk berpisah sementara, aku dan jauhar sholat
jum’at di Masjid Gedhe Kauman sedangkan ifah dan kusuma tetap di angkringan
sambil menunggu kami.
Setelah jum’atan usai kami
bergegas melanjutkan perjalanan. Tujuan berikutnya adalah Museum kereta
keraton. Kami tetap jalan kaki menuju kesana dan dibelakang kami, kusuma
mengikuti dengan motornya. Didalam museum kereta ini berbagai macam jenis
kereta keraton dipamerkan termasuk replika kuda penariknya juga dipamerkan
bahkan dibuat persis seperti ukuran aslinya. Hawa mistis dalam museum ini
terasa sangat kuat terlebih jika masuk dalam ruang utama museum, kata
petugasnya jika kami beruntung maka kami akan mendapatkan sosok makhluk lain
dalam hasil jepretan kamera kami.
Cuaca terik Jogja siang ini
tak menghalangi perjalanan kami, sebelum
melanjutkan ke obyek wisata selanjutnya kami mampir di toko penjual oleh-oleh,
kami beli bakpia pathok 25 dan jajanan khas jogja lainnya. Baru setelah itu
kami jalan lagi melewati pasar burung ngasem untuk selanjutnya menuju Petirtaan
Tamansari.
Tamansari adalah sebuah petirtaan milik keluarga keraton, terdapat beberapa kolam besar didalamnya dengan ornament-ornament disekitar kolam yang cukup cantik. Ada juga lorong-lorong di tamansari yang katanya bisa tembus ke laut kidul tempat Nyi Roro Kidul bermukim. Di tamansari kami juga menjumpai pembuat wayang kulit dan pembuat batik tulis, ada juga Masjid Soko Tunggal yang berada di depan komplek tamansari. Kami sudah janjian dengan krisna untuk melanjutkan perjalanan ke parangtritis, sambil menunggu krisna kami istirahat sejenak di masjid ini sambil men-charger baterai kamera kami yang akan habis. Hal ini juga dimanfaatkan ifah untuk membeli oleh-oleh dengan ditemani kusuma.
Sampai jam 14.45 krisna belum
tiba juga di kawasan tamansari, padahal pada rencana awal seharusnya jam 15.00 kita
sudah harus naik bus ke parangtritis sehingga kita masih bisa menikmati sunset di pantai parangtritis. Ternyata
setelah dihubungi krisna masih terjebak macet
di dalam bus trans jogja, mau tidak mau kita ubah rencana yang ada.
Tempat ketemuan yang semula di tamansari kita ubah di sekitaran tempat mangkal
bus tujuan parangtritis di daerah jokteng wetan (pojok benteng wetan).
Sembari menunggu krisna sampai,
kami juga bergegas berangkat ke jokteng wetan. Berhubung kami jalan kaki dan
tidak tahu akan medan jalan yang akan dilalui serta hanya berbekal peta kecil,
maka tentunya kami membutuhkan waktu yang agak lama. Capeknya kaki mulai
terasa, apalagi beberapa kali ifah terlihat tertinggal dibelakang, kusuma juga
sudah hilang entah kemana mendahului kami. Tiba di pojok benteng jam sudah
menunjuk angka 15.20 dan krisna belum juga sampai, dia masih sampai di
sekitaran malioboro dan terjebak kemacetan. Lama kami menunggu sampai akhirnya
kusuma berangkat terlebih dahulu ke parangtritis.
Sekitar jam 16.00 dari kejauhan
terlihat krisna berjalan dari halte bus trans jogja, kami langsung menyambutnya
dan langsung tancap gas mencari bus ke arah “Paris”, sebutan khas jogja tentang
parangtritis. Saat itu bus sudah penuh sesak dan mengharuskan kami berdiri jika
ingin cepat sampai tujuan, dalam perjalanannya beberapa kali bus berhenti agak
lama untuk mencari penumpang. Jam 16.50 kami tiba di jalanan pantai
parangtritis, tidak lama kusuma menjemput dan mengajak kami langsung ke
penginapan. Setelah berkenalan singkat dengan pemilik penginapan dan menunaikan
shalat asar, kami bergegas menuju pantai untuk mengejar sunset.
Kusuma kami ajak tapi dia takut
kemalaman, mengingat jalur yang dia tempuh untuk pulang agak jauh dan dia
sendirian, kami juga tidak bisa memaksa mengingat pertimbangan yang dia gunakan
adalah faktor keamanan. Untuk itu sebagai tanda perpisahan dan ucapan terima
kasih dari kami, sejenak kami berfoto bersama di sekitar penginapan yang telah
dia siapkan. Terima kasih kusuma, jasamu tak akan kami lupakan… hehehe… J
Di pantai pangtritis kami
disuguhi oleh deburan ombak besar khas pantai selatan, angin lautnya
menyejukkan jiwa kami. Sore ini pantai tidak terlalu penuh, beda jika kami
berkunjung pada pagi hari. Disitu kami main kejar-kejaran, main ombak dan air
pantai, berenang serta tentunya tak lupa hunting foto ditemani bendi
parangtritis, olahraga paralayang serta lalu-lalangnya motor ATV. Saat itu
matahari semakin menunjukkan sinarnya
yang terang pertanda sunset akan
segera berlangsung dan subhanallah
kami melihat sunset dengan sangat
indah bahkan tak kalah indah dengan sunsetnya
pantai kuta di bali. Kami terus menikmati suasana ini sampai keadaan pantai
sudah setengah gelap. Walaupun kami berada di pantai cuma sekitar 1 jam tapi
itu sudah lebih dari cukup menurut kami. Kami sangat puas melihat dan menikmati
salah satu ciptaan Tuhan sore itu.
Setelah bersih diri serta shalat
maghrib dan isya berjamaah, kami istirahatkan diri di teras penginapan setelah
seharian penuh tenaga kami terkuras habis. Disertai canda tawa dan saling
bercerita mengenai perjalanan hari ini, kami sangat bersyukur bisa menikmati
beragam eksotisme Jogjakarta. Saat itu timbul pikiran iseng kami untuk menikmati
pantai parangtritis pada malam hari tetapi mengingat suasana sekitar penginapan
sudah sepi dan ada perempuan dalam rombongan kami maka jauhar serta krisna
mensurvei terlebih dahulu keadaan pantai malam itu. Tak lama mereka kembali ke
penginapan dan menurut mereka lebih baik membatalkan rencana ke pantai malam
itu karena pantai sudah sangat sepi dan gelap sehingga tidak pantas dan
berbahaya jika kami berangkat ke pantai malam itu.
Karena acara gagal, maka acara
guyonan di teras penginapan kami lanjutkan kembali sambil menghitung keuangan
kami hari itu. Proses penghitungan saat itu berlangsung begitu rumit, maklum
karena uang kami tercampur satu sama lain, setelah didapatkan hasil hitungan ternyata
dapat diambil kesimpulan bahwa perjalanan hari itu selain menghabiskan tenaga
kami juga menghabiskan keuangan kami… hehehe.
Kami terus bercengkerama dan
bergurau walaupun sudah larut malam, sekitar jam 24.00 aku memilih untuk
istirahat terlebih dahulu karena besok juga akan melanjutkan perjalanan lagi
sedangkan ifah, jauhar dan krisna baru tidur sekitar jam 3 pagi. Pada pagi hari
menjelang subuh terdengar suara gaduh di sekitaran penginapan, banyak rombongan
wisata datang dari berbagai daerah ke pantai parangtritis ini. Tak lama setelah
itu hujan turun dengan derasnya.
Jam 5 pagi kami bangun untuk
sholat subuh, mandi dan persiapan untuk check-out.
Setelah itu sekitar jam 05.30 kami berpamitan ke pemilik penginapan kemudian
meninggalkan kawasan parangtritis untuk mencari bus tujuan terminal giwangan.
Pagi itu kami batalkan 2 rencana kami, yang pertama kami tidak mengunjungi
pantai lagi untuk melihat sunrise karena
saat itu sedang hujan, sedangkan yang kedua kami membatalkan kunjungan kami ke
candi prambanan karena sudah sangat tipisnya keuangan kami sehingga hanya cukup
untuk beli tiket bus pulang serta makan 1 kali.
Kami tiba di terminal giwangan
Jogjakarta sekitar jam 07.00, cukup lama juga kami berada di bus feeder ini. Baru pertama kali ini kami
menginjakkan kaki di terminal giwangan sehingga begitu turun bus kota kami
bingung mau naik bus di sebelah mana. Setelah sedikit bertanya dan muter-muter
maka kami bisa menemukan bus yang akan kami naiki. Kami memilih Bus Sugeng
Rahayu ATB (AC Tarif Biasa) dengan nopol W 7011 UZ dengan livery lumba-lumba
yang sangat cantik, Bus ini merupakan armada terbaru dari PO Sumber Grup dan
masih saudara dengan Sumber Kencono yang merupakan penguasa jalanan
Surabaya-Yogyakarta.
Kami memilih untuk membeli tiket
hanya sampai madiun, dengan tujuan agar kami bisa istirahat dan bisa menikmati
pecel khas madiun. Bus sugeng rahayu
tiba di Terminal Tirtonadi Solo sekitar pukul 09.30 dan sampai di Terminal
Madiun sekitar jam 12.00. Kami istirahat sejenak dan langsung menuju ke penjaja
nasi pecel, maklumlah sejak pagi perut kami belum terisi apa-apa kecuali air.
Selepas mengisi perut kami
lanjutkan kembali perjalanan pulang dengan menumpang Bus Sumber Selamat ATB dengan
nopol W 7578 UY, bus ini juga merupakan salah satu bus PO Sumber Grup, masih
saudara juga dengan Sumber Kencono dan Sugeng Rahayu. Perjalanan dengan bus
yang kedua ini cukup mendebarkan karena bus sering mendahului kendaraan
lainnya. Sampai pada akhirnya kami tiba di Terminal Kertajaya Mojokerto pada
pukul 15.30 WIB. Walaupun perjalanan pulang ini memakan waktu selama 8,5 jam
tetapi kami sangat puas sekali.
Jogjakarta sangat eksotis dan mempesona, tak ada rasa sesal dan kami akan
selalu kangen dengan Jogjakarta, kota yang penuh dengan warisan budayanya.
Alhamdulillah kami telah tiba dari perjalanan backpacker kami dengan selamat.
()
NB: bagi yang udah baca ditunggu komentarnya di kotak shoutbox sebelah atau komentar dibawah ya....^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar