Mungkin ini sudah irama kita.
Kita jauh tapi dekat, ketika dekat jarak itu makin jauh.
Kita nikmat dengan kedekatan kita yang jauh,
Yang kadang kaku sekeras batu walaupun rindu,
Yang kadang kita saling bantu dengan secercah kelu.
Aku ada, kamu berada.
Tak sirna tak juga jumpa.
Aku untuk dia, kamu untuknya.
Terima kasih walau itu hanyalah sebuah senyum hampa.
jdk-lmg-nme
352235-131212-465275
Kamis, 13 Desember 2012
Senin, 22 Oktober 2012
NOTASI WAKTU*
Kumainkan jemari waktu diatas tuts kehidupan
Untaian nada berdetak meninggalkan masanya
Simfoni itu telah diperdengarkan,
Oleh waktu, ruang dan peran.
Hamparan nada terus bergerak, berputar
Mencipta irama, mencipta rasa
Titik tolak dari esensi estetika
Sang pujangga melukis syairnya dengan rasa
Syair itu dalam mengalir
Belajar dari satu not ke not berikutnya
Mengantar mencapai puncak sunyi sebuah irama
Hingga temukan masanya
Selamat kawan, kau sudah temukan masamu kini
Jangan berhenti sampai bait jika kau ingin jadi baris
Karena seusai baris, syairpun menunggu
Hidup ini bagai irama, yang merdu mengalun
Ciptakan irama-irama baru
Dengan berbagai nada yang kau punya
Temukan ritme kehidupanmu dengan notasi waktu.
Selamat Wisuda Kawanku….
*) Abdul Rozaq
Menganti, 19 Oktober 2012
Catatan pengantar wisuda
Kamis, 27 September 2012
Tips Isi Bensin - Benarkah SPBU Kode 31 Milik Pertamina?
Berbagai thread sedang ramai tentang mengisi bensin di Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) agar tak dirugikan. Salah satu caranya dengan memperhatikan kode angka yang tertera di SPBU. Bila diawali dengan dua digit 31, maka resmi dikelola langsung oleh Pertamina sementara lainnya swasta.
Thread ini mendapat tantangan dari banyak pihak yang menyebut kabar di atas hanya hoax belaka. Sehingga terjadi polemik di antara netters. Yang mana yang benar?
Thread ini mendapat tantangan dari banyak pihak yang menyebut kabar di atas hanya hoax belaka. Sehingga terjadi polemik di antara netters. Yang mana yang benar?
Guna mencari titik terang, saya mencari keterangan dari Pertamina langsung dan inilah jawaban resmi:
ADALAH BENAR kode 31 (angka kedua 1) merupakan SPBU yang langsung dikelola oleh Pertamina.
ADALAH BENAR kode 31 (angka kedua 1) merupakan SPBU yang langsung dikelola oleh Pertamina.
Dapat kami informasikan untuk kode SPBU tersebut memang benar untuk angka 31 dimiliki dan di kelola langsung oleh Pertamina. Sedangkan SPBU dengan kode 34 dikelola oleh swasta.
Demikian kutipan surat keterangan (bukti tertulis) dari Pertamina.
Maka, apakah hanya SPBU tersebut yang pasti jujur, mengisi bensin dengan takaran yang pas? Pertamina telah meluncurkan program "Pasti Pas" beberapa waktu lalu. Harapannya, pom-pom yang mau ikut bekerja sama juga mengembangkan kejujuran.
Tentu agak repot bila harus memilih SPBU dengan kode 31, tidak semua wilayah ada. Artinya, harus mencari jauh dan rela antri panjang.
Pertamina telah membuka layananan keluhan bagi konsumen yang ingin melaporkan kecurangan pihak SPBU. Kita bisa e-mail kepcc@pertamina.com misalnya.
Jadi, beruntung kalau kamu bisa mendapatkan SPBU kode 31. Tapi kalau tidak, isi di SPBU pengelolaan swasta juga tak masalah. Tak memuaskan tinggal laporkan saja agar ditindak.
Apa lagi yang perlu diperhatikan saat mengisi bensin?
Jadi, beruntung kalau kamu bisa mendapatkan SPBU kode 31. Tapi kalau tidak, isi di SPBU pengelolaan swasta juga tak masalah. Tak memuaskan tinggal laporkan saja agar ditindak.
Apa lagi yang perlu diperhatikan saat mengisi bensin?
1. Meminta kepada petugas SPBU melepas tuas selang dan ditaruh di tangki.
Sebenarnya tips ini berlaku pada mesin-mesin pengisian yang baru. Kalau kamu di daerah terpencil dan ada mesin SPBU tua, ya tetap harus ditekan-tekan tuasnya (handle) karena ada gap (ruang hampa) antara cairan bensin dan udara pada mesin.
otomotif.bosmobil.com
Tapi umumnya SPBU sekarang memakai mesin baru jadi memang seharusnya seorang petugas pengisian TIDAK BOLEH menekan-nekan handle saat sedang mengisi. Ini bukti kecurangan yang harus ditegur atau dilaporkan pada Pertamina.
Catatan: Berbahagialah bagi yang mengisi bensin di Self Service SPBU, alias mengisi sendiri.
Catatan: Berbahagialah bagi yang mengisi bensin di Self Service SPBU, alias mengisi sendiri.
2. Selalu isi "full"
Tips ini saya dapat dari beberapa petugas SPBU. Salah satunya Eddy (37) di SPBU Soekarno-Hatta, Bandung mengatakan, "Kalau isi bensin jangan sebut berapa liter atau jumlah duitnya. Misalnya 10 liter atau 50 ribu. Tapi bilang saja isi penuh sambil perhatikan mesin penunjuk, bila dirasa sudah sesuai yang kita inginkan langsung bilang stop."
Oknum yang curang sering mengakali mesin (selain teknik manual menekan tuas selang). Sehingga akan terjadi selisih saat petugas menekan tombol "harga" atau "liter" dengan takaran murni.
Tak heran, mereka sering sibuk "membongkar" mesin bila dapat informasi ada inspeksi dari pihak Pertamina. Atau yang paling parah, bukan mengembalikan mesin ke kondisi yang tepat seperti setting awal, tapi malah membelikan "dompet" pada petugas inspeksi yang nakal.
3. Isi bensin yang baik pagi hari. Bensin belum menguap?
Benarkah demikian? Ya pada SPBU-SPBU tua. Namun pada SPBU yang baru, sudah dilengkapi katup khusus untuk meminimalisir penguapan pada tangki pendam. Selain dirancang khusus agar suhu terjaga.
Penguapan pasti terjadi, namun sangat-sangat kecil dan tidak berdampak besar pada konsumen. Siapa yang bisa mengira kita butuh bensin hanya pagi hari? Setidaknya ada sisi positif. Mengisi bensi di pagi hari menandakan kita rajin bangun pagi, atau mengamankan stok bensin pada kendaraan sebelum mulai aktifitas.
Kalau tips di atas membuat pusing, kenapa tidak kembali bersepeda? Coba bayangkan 100 juta orang di Indonesia naik sepeda, wah segarnya alamku...
apakabardunia.com
Tips ini saya dapat dari beberapa petugas SPBU. Salah satunya Eddy (37) di SPBU Soekarno-Hatta, Bandung mengatakan, "Kalau isi bensin jangan sebut berapa liter atau jumlah duitnya. Misalnya 10 liter atau 50 ribu. Tapi bilang saja isi penuh sambil perhatikan mesin penunjuk, bila dirasa sudah sesuai yang kita inginkan langsung bilang stop."
Oknum yang curang sering mengakali mesin (selain teknik manual menekan tuas selang). Sehingga akan terjadi selisih saat petugas menekan tombol "harga" atau "liter" dengan takaran murni.
Tak heran, mereka sering sibuk "membongkar" mesin bila dapat informasi ada inspeksi dari pihak Pertamina. Atau yang paling parah, bukan mengembalikan mesin ke kondisi yang tepat seperti setting awal, tapi malah membelikan "dompet" pada petugas inspeksi yang nakal.
3. Isi bensin yang baik pagi hari. Bensin belum menguap?
Benarkah demikian? Ya pada SPBU-SPBU tua. Namun pada SPBU yang baru, sudah dilengkapi katup khusus untuk meminimalisir penguapan pada tangki pendam. Selain dirancang khusus agar suhu terjaga.
Penguapan pasti terjadi, namun sangat-sangat kecil dan tidak berdampak besar pada konsumen. Siapa yang bisa mengira kita butuh bensin hanya pagi hari? Setidaknya ada sisi positif. Mengisi bensi di pagi hari menandakan kita rajin bangun pagi, atau mengamankan stok bensin pada kendaraan sebelum mulai aktifitas.
Kalau tips di atas membuat pusing, kenapa tidak kembali bersepeda? Coba bayangkan 100 juta orang di Indonesia naik sepeda, wah segarnya alamku...
apakabardunia.com
Permohonan pengajuan beasiswa
Gresik, 24 September 2012
Kepada Yth :
Direktur Jenderal
Pendidikan Islam Kementerian Agama RI
cq. Direktur
Pendidikan Tinggi Islam
Di tempat
Dengan hormat,
Sehubungan dengan adanya program Bantuan Beasiswa Studi yang diselenggarakan
oleh Direktorat
Jenderal Pendidikan Islam melalui Direktorat Pendidikan Tinggi Islam tahun
anggaran 2012, maka saya yang bertanda tangan di bawah ini;
Nama : Abdul Rozaq, S.Pd.
Tempat & tanggal lahir : Mojokerto, 19 Juni 1989
Alamat : Kranggan Gg.4 No.20 Kota Mojokerto
Tempat tugas : STAI AL-AZHAR
Menganti-Gresik
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam
Jabatan : Asisten Dosen
Dengan ini bermaksud mengajukan permohonan untuk
mengikuti program
Bantuan Beasiswa Studi yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal
Pendidikan Islam tersebut diatas.
Sebagai kelengkapan surat permohonan, saya
lampirkan berkas pendukung untuk dijadikan pertimbangan. Besar harapan saya
untuk dapat menerima beasiswa ini.
Demikian surat permohonan ini saya ajukan. Atas
perhatian Bapak saya ucapkan terima kasih.
Hormat saya,
Abdul Rozaq, S.Pd
SURAT KETERANGAN TIDAK SEDANG MENDAPAT BEASISWA
SURAT KETERANGAN
TIDAK SEDANG / DIUSULKAN MENDAPAT BEASISWA
Assalamu’alaikum Wr.
Wb.
Saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Abdul Rozaq, S.Pd.
Tempat & tanggal lahir : Mojokerto, 19 Juni 1989
Alamat : Kranggan Gg.4 No.20 Kota Mojokerto
Tempat tugas : STAI AL-AZHAR
Menganti-Gresik
Fakultas : Tarbiyah
Jurusan/Prodi : Pendidikan Agama Islam
Jabatan : Asisten Dosen
Dengan ini menyatakan bahwa :
1. Saya pada
saat/tahun ini tidak sedang atau akan menjadi penerima beasiswa dari Kementerian
Agama atau lembaga lain (APBN/APBD);
2. Jika ternyata pernyataan saya
tersebut tidak benar dan saya menerima beasiswa ganda, maka saya sanggup
mengembalikan beasiswa yang telah saya terima.
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan penuh
kesadaran dan tanpa paksaan dari pihak manapun.
Wassalamualaikum Wr.
Wb.
Gresik, 24
September 2012
Mengetahui, Yang
membuat Pernyataan,
Ketua STAI Al-Azhar
(Drs. Eko Taranggono,
M.Pd.I) (Abdul Rozaq, S.Pd)
SOLUTION-FOCUSED BRIEF THERAPY
Seperti
namanya, ini adalah tentang terapi yang singkat dan berfokus pada solusi, bukan
pada masalah. Ketika ada masalah, banyak profesional menghabiskan banyak waktu
berpikir, berbicara, dan menganalisis permasalahan, sementara penderitaan yang
dialami klien sedang berlangsung. Terpikir tim profesional kesehatan mental di
Pusat Terapi Singkat Keluarga yang begitu banyak waktu dan energi, serta sumber
daya banyak, dihabiskan untuk berbicara tentang masalah, daripada berpikir
tentang apa yang mungkin membantu klien untuk mendapatkan solusi yang akan
membawa pada realistis, bantuan wajar secepat mungkin. Oleh karena itulah
muncul Terapi Singkat Berfokus Solusi.
Terapi
singkat berfokus solusi (SFBT) adalah salah satu pendekatan keluarga, yang
dikenal sebagai terapi sistem, yang telah dikembangkan selama 50 tahun terakhir
ini, pertama di Amerika Serikat, dan akhirnya berkembang di seluruh dunia,
termasuk Eropa. Terapi singkat berfokus solusi disebut hanya sebagai “terapi
berfokus solusi (TBS)” atau “terapi singkat”.
Pelopor terapi singkat berfokus solusi adalah Insoo Kim Berg dan
Steve de Shazer, serta praktisi SFBT berbasis sekolah dan ahli lainnya. Kita
terfokus kepada segi-segi pokok dari teori SFBT, khususnya cara dimana para
praktisi berfokus solusi berpikir tentang perubahan, kapasitas klien, dan sifat
resistensi klien.
Sejak diciptakan pada tahun 1980-an, terapi singkat berfokus
solusi (SFBT) perlahan-lahan telah menjadi sebuah pilihan perlakuan yang umum
dan diterima bagi beberapa ahli kesehatan jiwa. Dengan penekanannya terhadap
kekuatan klien dan pengobatan jangka pendek, SFBT akan tampak sangat sesuai
dengan konteks kesehatan mental (jiwa), dengan berbagai masalah yang timbul di
lingkungan sekolah dan muatan kasus yang besar untuk sebagian besar pekerja
sosial sekolah (guru BK di sekolah).
Salah satu gagasan yang lebih bebas tentang SFBT adalah bahwa
perubahan selalu terjadi, dan menuntut agar perhatian konselor terfokus kepada
perubahan-perubahan kecil yang membuat perbedaan-perbedaan besar dalam
kehidupan klien. Apa yang konselor lakukan dengan perubahan-perubahan kecil
yang kadang-kadang sulit untuk dilihat adalah apa yang membuat konselor menjadi
konselor SFBT. Hal ini membuat konselor bergerak menuju konseling yang lebih
berfokus kepada solusi dalam pendekatan-pendekatan mereka terhadap
masalah-masalah yang mereka hadapi.
Prinsip
Dasar SFBT
Prinsip dasar dari terapi singkat berfokus solusi sebagai berikut
:
1.
Manusia pada dasarnya sehat, memiliki kekuatan atau kelebihan.
Insoo Kim Berg dan Steve de Shazer mengatakan bahwa kekuatan-kekuatan tersebut
aktif dalam membantu klien/manusia menangani situasi mereka. Masalahnya bukan
pada klien tidak dapat menyelesaikan masalahnya tanpa pelatihan tambahan atau
kepatuhan terhadap pandangan/nasihat konselor tentang masalah tersebut.
Melainkan kekuatan yang melekat pada mereka lah yang pada akhirnya akan mereka
gunakan dalam memecahkan masalah.
2.
Manusia memiliki kemampuan (kompetensi)
3.
Manusia memiliki keberdayaan (kapasitas) untuk membangun
(mengkontruksi) solusi.
4.
Manusia tidak terpaku pada masalah tetapi berfokus pada solusi.
5.
Perubahan terjadi sepanjang waktu.
6.
Manusia tidak bisa mengubah masa lalunya.
Konsep
Dasar SFBT
Terapi berfokus solusi berbeda dari terapi tradisional karena mengabaikan
masa lampau dan lebih setuju dengan masa sekarang dan masa yang akan datang.
Terapi ini memberi penekanan yang besar pada kemungkinan sedikit atau tidak
adanya ketertarikan untuk memperoleh pemahaman terhadap masalah. De Shazer
menganjurkan bahwa tidaklah perlu mengetahui sebab-sebab masalah dalam
solusinya dan tidak perlu ada hubungan antara masalah dan solusinya.
Pengumpulan informasi mengenai masalah tidaklah dibutuhkan untuk terjadi
perubahan. Jika memahami dan mengetahui masalah itu tidak penting, maka yang
penting adalah mencari solusi masalah yang benar. Mungkin banyak orang
mempertimbangkan berbagai solusi, dan apa yang benar bagi seseorang belum tentu
benar bagi orang lain. Di dalam SFBT klien memilih tujuan yang mereka harapkan
bisa tercapai di dalam terapi, dan hanya sedikit perhatian yang diberikan untuk
diagnosis, pengungkapan riwayat atau eksplorasi masalah.
Menurut Gerald Corey, terapi singkat berfokus solusi didasarkan
pada asumsi yang optimistik bahwa manusia itu sehat dan kompeten dan memiliki
kemampuan untuk membangun solusi yang dapat meningkatkan hidupnya. Lepas dari
berbentuk seperti apapun klien yang terlibat dalam terapi adalah mampu. Berg
percaya bahwa klien adalah kompeten dan peran konselor adalah membantu klien
agar menyadari bahwa ia mempunyai kemampuan itu. Proses terapi menyediakan
suatu keadaan yang menjadikan individu memfokuskan diri pada pemulihan dan
penciptaan solusi ketimbang membicarakan problem mereka.
Sering klien datang ke terapis/konselor, orientasinya ia dalam
keadaan bermasalah kendatipun dia memiliki beberapa solusi, tetapi pandangan
mereka telah berbalut dalam kekuatan orientasi masalah. Klien sering memiliki
satu riwayat yang berakar dalam pandangan mereka. SFBT membalas kehadiran klien
dengan percakapan yang optimistik yang memberikan garis-garis besar keyakinan
mereka ke dalam tujuan yang dapat digunakan dan dicapai yang ada di sekitar
ruangan. Konselor menjadi alat di dalam membantu orang dalam melakukan
perpindahan dari suatu keadaan bermasalah ke suatu dunia yang memiliki berbagai
kemungkinan. Konselor mendorong dan menantang klien untuk menulis suatu cerita
yang berbeda yang dapat mengarah kepada suatu tujuan baru.
Tujuan
Konseling SFBT
Tujuan dari terapi singkat berfokus solusi sebagai berikut :
1.
Mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi sehat.
2.
Mengantar klien/manusia meraih kehidupan yang lebih sehat dan
lebih bahagia baik masa kini maupun ke masa depan.
3.
Membantu klien mengidentifikasi perubahan-perubahan yang
diinginkan klien, terjadi di dalam kehidupan mereka dan terus terjadi.
4.
Membantu klien membangun visi yang dipilih untuk masa depan
mereka.
5.
Membantu klien mengidentifikasi hal-hal yang baik untuk kehidupan
mereka saat ini dan ke masa depan.
6.
Membantu klien membawa kesuksesan sekecil apapun ke dalam
kesadaran mereka.
7.
Membantu klien untuk mengulang keberhasilan yang pernah mereka
lakukan.
8.
Pengubahan pandangan mengenai situasi atau kerangka berpikir,
pengubahan cara menghadapi situasi problematik, dan merekam sumber-sumber dan
kekuatan klien.
9.
Adanya keterlibatan dalam pemberian bantuan klien untuk menerima
pergantian bahasa dan penyikapan dari bicara tentang masalah ke bicara tentang
solusi. Klien didorong untuk terlibat dalam perubahan atau bicara solusi
daripada bicara masalah/problem, dengan asumsi bahwa apa yang kita katakana
kebanyakan akan menjadi apa yang kita hasilkan. Bicara tentang masalah akan
menghasilkan masalah berikutnya. Bicara tentang perubahan akan menghasilkan
perubahan. Begitu individu/klien itu belajar berbicara dalam pengertian apa
yang mereka mampu untuk lakukan secara baik, sumber-sumber dan kekuatan apa
yang mereka punyai, dan apa yang mereka telah lakukan dan bisa terlaksana,
mereka telah mencapai tujuan utama terapi (Nicholas dan Schwartz).
Hubungan
Konselor-Klien SFBT
Karena
terapi berfokus solusi dirancang untuk perlangsungan singkat,tak pelak terapis
memainkan peran lebih aktif dalam menggeser fokus secepat mungkin, dari fokus
yang tercurah ke problem fokus yang tercurah ke solusi. Strategi relasiaonal
mendasar difungsikan untuk memicu prakarsa klien, membantu klien
menumbuhkembangkan tanggung jawab (kemampuan merespon atau response ability)
mereka dan menggunakan kemampuan merespon itu dengan lebih baik. Begitu klien
bisa berfokus pada solusi, dia pun akan banyak bisa memegang kendali dan
bertanggung jawab.
Klien
pada dasarnya adalah ahli (expert) yang paling mengetahui tujuan-tujuan apa
yang ingin mereka bangun. Tujuan-tujuan itu selalu unik bagi setiap klien dan
dibangun klien untuk menciptakan hari depan yang lebih baik. Sedangkan klinikus
berfokus solusi adalah pakar tentang proses dan struktur teraapi,pakar dalam
membantu klien membangun tujuan-tujuan mereka dalam kerangka kerja yang lebih
baik menghasilkan solusi yang sukses. Setiap pakar yaitu klien dan terapis memberikan
andil untuk penumbuhkembangan solusi bersama. Relasi terapis dengan klien
ditujukan untuk meraih suatu manfaat atau tujuan. Klien datang ke terapi karena
suatu alasan dan ingin mencapai suatu manfaat dan tujuan. Kedua kolaborator
(klien dan terapis) perlu membuat kriteria kemajuan atau keberhasilan
pencapaian tujuan, sehingga mereka pun bisa mengakhiri terapi paada waktu yang
tepat.
Berdasarkan uraian tersebut kami merumuskan hubungan antara
konselor dan klien pada terapi singkat berfokus solusi sebagai berikut :
1.
Konselor berperan lebih aktif dalam menggeser dari fokus yang
tercurah pada problem/masalah ke solusi.
2.
Konselor mendorong klien dalam menumbuhkan tanggung jawab,
kemampuan merespon (Response Ability).
3.
Klien pada dasarnya lebih ahli (expert) atau yang paling
mengetahui tujuan yang akan mereka bangun.
4.
Hubungan/relasi konselor dan klien dalam terapi singkat berfokus
solusi bersifat kolaboratif dan egaliter.
Proses
Konseling SFBT
Bertolino dan O’Hanlon menekankan pentingnya menciptakan hubungan kerja
sama dalam terapi dan memandangnya sebagai kebutuhan untuk keberhasilan terapi.
Dengan menyadari bahwa konselor memiliki keahlian di dalam menciptakan konteks
untuk perubahan, mereka menekankan bahwa klien adalah ahli dalam kehidupan yang
dialaminya dan sering memiliki perasaan yang baik terhadap apa yang sudah atau
yang belum dikerjakan di masa lampau, dan juga sama halnya dengan apa yang
harus dikerjakan di waktu yang akan datang. Jika klien terlibat di dalam proses
terapi dari awal hingga akhir, kesempatan klien semakin meningkat dan terapi
akan berhasil. Singkatnya, hubungan kooperatif dan kolaboratif cenderung akan
menjadikan lebih efektif daripada hubungan yang bersifat hierarkhis di dalam
terapi.
Walter dan Peller menguraikan empat langkah yang memberikan ciri
kepada proses SFBT, yaitu:
1.
Menemukan apa yang klien inginkan daripada mencari apa yang mereka
tidak inginkan.
2.
Jangan mencari penyakit dan jangan berusaha mengurangi klien
dengan memberikan label diagnostik, alih-alih mencari apa yang bisa dikerjakan
klien dengan baik dan mendorong mereka untuk meneruskannya searah dengan yang
sudah dilakukan.
3.
Jika apa yang klien lakukan tidak bisa terlaksana dengan baik,
kemudian doronglah mereka untuk mencoba hal lain yang berbeda.
4.
Usahakan terapi berlangsung singkat dengan mendekati setiap
pertemuan seolah-olah pertemuan itu sebagai pertemuan terakhir dan hanya satu
pertemuan.
Edy Legowo (2008:79) Proses pada terapi singkat berfokus solusi
mencakup dua aktivitas utama sebagai berikut :
1.
Aktivitas menumbuhkembangkan kesadaran (Consciousness
Raising)
Kebanyakan klien datang
ke sesi terapi dengan preokupasi (keterpakuan)pada problem-problem.
Misalnya klien
mengatakan, “Saya depresi sepanjang waktu”, “Aku tidak bisa mengendalikan
keinginanku untuk minum-minuman keras”, “Saya dan pasangan hidup saya selalu
bertengkar”, “Saya orang yang selalu cemas”, “Aku tidak bisa tidur”, dan
sebagainya.
Tanggapan alamiah
terhadap ungkapan-ungkapan problem itu berupa pengajuan pertanyaan
bertajuk”mengapa?”misal:”mengapa anda depresi?” “Mengapa anda minum-minuman
keras sampai tidak terkendali”, “Mengapa Anda dan pasangan hidup Anda selalu
bertengkar ?”, dan sebagainya.
Terapi berfokus solusi
justru membantu klien untuk menyadari perkecualian-perkecualian yang terlepas
dari problem mereka. Dalam kenyataan, selalu terdapat perkecualian-perkecualian
itu, dapat diharapkan klien meraih kendali atau kontrol atas sesuatu yang
selama ini terasa sebagai problem yang teratasi. Menumbuhkembangkan kesadaran tentang pengalaman-pengalaman
yang justru merupakan perkecualian dari pola baku problem-problem yang selama
ini memaku perhatian dan kehidupan klien-bagaikan menapis butir-butir kecil
emas dari hamparan pasir-biasa menjadi awal dari pengejawantahan solusi.
Kurun-kurun perkecualian itu hampir
selalu ada dalam kehidupan setiap klien. Untuk klien-klien yang sangat sulit
memfokuskan diri pada kurun-kurun perkecualian yang positif, terapis bisa
mengajukan pertanyaan mukjizat (miracle question) contohnya “ jika karena suatu
mukjizat, anda bebas dari problem-problem anda sepanjang malam, seberbeda
apakah kehidupan anda jadinya?“. Menumbuhkembangkan pengalaman perkecualian
yang positif dalam imajinasi bisa membantu klien menjadi makin menyadari
satu-satunya jenis realitas dalam keseluruhan kehidupan mereka. Seyogyanya
terapi bisa membantu klien mentransformasikan realitas yang pada mulanya hanya
di imajinasikan menjadi tujuan-tujuan spesifik dan praktis yang bisa mereka
capai.
Maka dapat kami simpulkan bahwa aktivitas menumbuhkembangkan kesadaran klien dapat berupa :
- Membantu klien
untuk makin menyadari kekecualian-kekecualian (exceptions) yang terlepas
dari masalah mereka.
- Membantu klien
menjadi semakin menyadari bahwa realitas kehidupan bukan satu-satunya
dalam keseluruhan kehidupan mereka.
- Membantu klien
mentransformasikan realitas yang pada mulanya hanya imajinasi menjadi
tujuan-tujuan spesifik dan praktis serta dapat dicapai.
2.
Membuat
Pilihan Sadar (Choosing Conscious)
Tujuan-tujuan yang kita pilih untuk
menentukan masa depan kita. Seiring dengan makin meningkatnya kesadaran klien
tentang perkecualian-perkecualian positif di tangan kehidupannya yang syarat
problem, mereka akan bisa membuat pilihan sadar untuk menciptakan lebih banyak
lagi perkecualian-perkecualian seperti itu.
Klien yang selalu berfokus pada
sebuah kehidupan yang sarat depresi bisa membuat pilihan sadar untuk
berpartisipasi dalam kegiatan rohani, berolahraga lebih sering, lebih banyak
mendengarkan musik kesukaannya, terutama musik yang meningkatkan kegembiraan.
Klien yang berfokus pada program kecanduan minuman keras bisa membuat pilihan
sadar untuk memfokuskan diri pada solusi-solusi atas kecanduan minman keras,
sehingga dia bisa mencanangkan tujuan-tujuan yang nyata.
Water dan Peller (1992) memberikan
empat pandangan untuk membuat pilihan sadar yang bersifat terapeutik :
a. Jika pilihan yang dibuat bisa
bekerja efektif, jangan berhenti sampai disitu, bergegaslah menjalani pilihan
tersebut
b. Jika pilihan yang dibuat itu bekerja
kurang efektif perjuangkan agar ia menjadi lebih efektif
c. Jika pilihan yang dibuat itu sama
sekali tidak efektif, bereksperimenlah juga berimajinasikanlah
mukjizat-mukjizat
d. Perlakuakan setiap sesi konseling
atau psikoterapi seolah olah sesi itu adalah sesi terakhir. Maka mulailah
berubah sekarang, bukan esok, bukan pekan depan.
Berikut dipaparkan rincian langkah
membangun solusi dalam SFBT menurut DeShazer, sebagai dirangkum oleh Prochaska
$ Norcross (2003):
a. Memfokuskan diri pada tujuan.
Terapi dimulai dengan fokus pada
tujuan-tujuan di hari kini yang bisa membangun hari depan yang lebih baik.
Pertanyaan penting dalam cakupan langkah ini adalah: ”Apa tujuan anda ketika
anda dating kemari ?” Terapis membingkai terapi diseputar tujuan-tujuan dihari
kini bukan di seputar problem-problem dihari-hari yang telah lewat.
b. Sejenak mendengarkan klien
membicarakan problem-problem.
Jika klien menanggapi dengan
berbicara tentang problem-problem dan keluhan-keluhan, terapis perlu memahami
dan berempati. Namun demikian, segera setelah kisah tentang problem-problem
yang telah disampaikan oleh klien, terapis bersiap-siap untuk menggeser fokus.
c. Memfokuskan diri pada solusi.
Langkah ini digerakkan oleh
pertanyaan-pertanyaan;” Ketika problem terselesaikan,tindakan apa yang akan
anda lakukan secara beda?”
d. Memfokuskan diri pada perkecualian.
Pertanyaan yang biasa dipakai untuk
menemukan perkecualian-perkecualian positif adalah:” Bagaimana anda dihari ini
mengejawantahkan tindakan yang beda?”
e. Membuat penilaian antara pilihan
sadar dengan spontanitas.
Apakah pengalaman-pengalaman yang
bebas dari problem terjadi karena pilihan yang dibuat secara sadar dan sengaja?
Ataukah pengalaman-pengalaman yang lebih sehat dan lebih membahagiakan itu
terjadi secara spontan? :
1.
Jika
perkecualian itu sudah berada dibawah kendali klien, bisa segera dibangun
tujuan-tujuan spesifik yang mendorong klien membuat pilihan sadar untuk
melakukan lebih banyak laagi hal-hal yang bia membantu dirinya.
2.
Jika
perkecualian-perkecualian dianggap terjadi secara spontan saja focus diarahkan
ke proses terjadinya perkecualian-perkecualian itu.
3.
Jika
klien menanggapi pertanyaan-pertanyaan itu dengan jawaban” Saya tidak tahu”.
Terapis perlu berusaha menerangkan kepada klien bahwa perkecualian yang terjadi
iitu merupakan tanda yang baik. Dapat diharapkan,upaya tersebut akan membantu
klien berfikir beda dan mulai membangun alternatif-alternatif yang sebelumnya
tidak terbayangkan.
f. Melangkah dari perubahan-perubahan
kecil ke perubahan-perubahan yang lebih besar. Sesi-sesi lanjutan dilakukan
atas dasar capaian-capaian dan tujuan-tujuan yang dibangun pada awal terapi.
Seorang klien melukiskan perubahan yang ia alami dalam terapi.
g. Selalu menyadari bahwa setiap solusi
adalah unik. Sebagaimana setiap klien adalah individu yang unik, setiap
solusipun unik. Terapis perlu bersiap-siap untuk terkejut menyaksikan keunukan
ssolusi klien.
h. Memekarkan solusi dari percakapan.
Solusi muncul dari dialog-dialog, baik dialog dari diri sendiri maupun
percakapan dalam terapi. Jika terapi mendorong klien berbicara tentang problem-problem
lama, dia akan menjadi diri yang lama. Perubahan dimulai ketika klien berbicara
tentang solusi. Jika terapi niscaya berlangsung singkat saja,niscayalah
sesegera mungkin dialog-dialog Terapeutik difokuskan ke solusi-solusi.
i. Menggunakan bahasa klien sendiri.
Pandangan
De Jong dan Berg sebagaimana dirangkum oleh Cerey (2005), mendeskripsikan
struktur penumbuhkembangan solusi dalam SFBT dalam cakupan Lima langkah
Berikut;
1.
Klien
diberi kesempatan untuk mendeskripsikan problem-problemnya. Terapi mendengarkan
dengan penuh hormat dan seksama, sementara percakapan mengarah kejawaban klien
atas pertanyaan terapis,” Sejauh apakah saya bisa bermanfaat membantu anda
memecahkan problem-problem anda?”
2.
Terapis
berkerjasama dengan klien untuk segera mungkin mengembangkan tujuan-tujuan yang
jelas. Pertanyaan kunci yang perlu dijawab padaa langkah ini adalah; ”Apa yang
akan menjadi beda dalam kehidupan anda ketika problem-problem anda dapat
diselesaikan?”
3.
Terapis
menanyakan kepada klien tentang saat-saat ketika problem-problem klien terjadi
atau ketika problem-problem klien berkurang. Klien dibantu untuk mengeksplorasi
perkecualiaan-perkecuaian itu sembari menegaskan apa yang akan klien lakukan
untuk sengaja menghadirkan perkecualian-perkecualian itu.
4.
Pada
akhir setiap percakapan menumbuhkembangkan solusi (solution building
conversation) terapis memberikan ringkasan umpan balik (summary feedback)
kepada klien. Terapis juga memberikan dorongan kepada klien, dan mengusulkan
kepada klien hal-hal apa saja yang perlu ia amati dan lakukan sebelum sesi
berikutnya, demi kesuksesan penyelesaian problem-problemnya
5.
Terapis
bersama klien mengevaluasi kemajuan yang telah dicapai,dengan menggunakan skala
penilaian (Rating Scale). Klien juga ditanyai apa yang perlu dilakukan
untuk menyelesaikan problem-problemnya dan langkah apa yang akan dilakukan
kemudian.
Teknik-Teknik
Konseling SFBT
Teknik-teknik yang digunakan dalam terapi singkat berfokus solusi
sebagai berikut :
1.
Perubahan sebelum terapi
Penjadwalan suatu janji
saja sering membuat perubahan positif dalam perjalanannya. Dengan menanyakan
perubahan, konselor dapat merangsang, membangkitkan, dan memperkuat apa yang
sudah dilakukan yang merupakan cara untuk membuat perubahan.
Perubahan-perubahan ini tidak dapat ditumpukan sepenuhnya pada proses terapi
itu sendiri, sehingga pertanyaan itu cenderung mendorong klien untuk tidak
banyak bergantung kepada konselor dan lebih bergantung kepada sumber yang
dimiliki dalam dirinya untuk mencapai tujuan-tujuan yang diinginkan.
2.
Pertanyaan Ajaib/The Miracle Question
(MQ)
a.
Pengertian
MQ adalah teknik
bertanya yang digunakan konselor untuk membantu klien bagaimana menetapkan visi
ke depan, merupakan suatu keadaan bilamana klien tidak bermasalah, dan itu
merupakan tujuan yang hendak dicapai. Klien didorong untuk bertindak “apa yang
kemungkinan berbeda” meskipun problemnya masih ada.
De Jong dan Berg (dalam
Gerald Corey, 2002:8) mengenali sejumlah alasan bahwa pertanyaan ajaib adalah
suatu teknik yang bermanfaat. Dengan bertanya kepada klien untuk
mempertimbangkan bahwa suatu keajaiban akan terjadi membuka luasnya
kemungkinan-kemungkinan di masa depan. Klien didorong untuk bebas bermimpi
sebagai cara mengenali perubahan yang memang mereka inginkan. Pertanyaan ini
memiliki focus masa depan yang dari situ klien bisa dapat memulai
mempertimbangkan suatu jenis kehidupan yang berbeda yang tidak didominasi oleh
suatu masalah tertentu. Intervensi ini mengalihkan penekanan keduanya yaitu
masalah masa lalu maupun masa sekarang terhadap hidup di masa yang akan datang.
b.
Contoh Versi tradisional MQ
contoh 1:
“Jika di suatu pertemuan
konseling berakhir, Anda pulang, Anda melakukan apapun yang Anda rencanakan
pada hari itu, akhirnya Anda kelelahan dan tidur pada malam harinya. Di tengah
malam, saat Anda tidur nyenyak, keajaiban terjadi yaitu semua masalah yang Anda
alami hari ini sepertinya terpecahkan semuanya. Tetapi karena keajaiban itu
hanyalah mimpi, maka tidak ada seorangpun yang mengatakan bahwa mukjizat
terjadi. Ketika Anda bangun pagi hari, bagaimana Anda akan memulai melakukan
bahwa keajaiban terjadi? … Apa lagi yang akan Anda kerjakan? Apa lagi?”
Contoh 2:
“Jika Anda bangun sampai
besok, dan keajaiban terjadi, Anda tidak lagi mudah kehilangan kesabaran,
seberbeda apa yang akan terjadi pada diri Anda?Tanda-tanda pertama apa bila
kemukjizatan itu terjadi? ”
Respon Klien barangkali
:
“Saya tidak akan kesal
ketika seseorang memanggil nama saya.” (tidak efektif)
Para konselor ingin
klien mengembangkan tujuan positif, atau apa yang akan mereka lakukan lebih dari
pada apa yang mereka tidak ingin lakukan. Ini akan menjadi lebih baik, karena
memberikan kepastian akan keberhasilan.
Lebih baik, konselor
barangkali meminta klien, “Apa yang dapat Anda lakukan, pada saat seseorang
memanggil namamu?”
3.
Pertanyaan Penskalaan/Scaling
Questions (SQ)
a. Pengertian
SQ adalah teknik yang
digunakan konselor untuk mengidentifikasi perbedaan yang bemanfaat bagi klien,
dan dapat membantu untuk menetapkan tujuan pula.
Kutub dari skala
biasanya berentang dari “kondisi masalah yang terburuk yang terjadi” (0 atau 1)
di salah satu ujung, dan di ujung yang lain menggambarkan “kondisi terbaik yang
mungkin akan dicapai” (10).
Klien diminta untuk
menilai mereka saat ini berada pada posisi skala berapa, dan pertanyaan yang
kemudian digunakan untuk mengidentifikasi berbagai sumber.
Konselor menggunakan
pertanyaan yang memberi skala apabila perubahan dalam pengalaman manusia tidak
mudah diamati, seperti perasaan, suasana hati, atau komunikasi. Pertanyaan
dengan memberikan skala menjadikan klien untuk memberikan perhatian yang lebih
dekat kepada apa yang sedang mereka kerjakan dan bagaimana mereka dapat
mengambil langkah yang akan mengarahkan kepada perubahan yang mereka kehendaki.
b. Contoh
·
“Apa yang tidak membuatmu terperosok pada jalur skala rendah?”,
·
Pengecualian: “pada suatu hari ketika Anda berada di satu titik
skala yang lebih tinggi, apa yang akan Anda katakan bahwa hal ini merupakan hal
yang berada.
·
“Di posisi skala berapa Anda menjadi merasa cukup baik? Apa yang
akan terjadi bilamana di suatu hari Anda berada pada titik skala tersebut?”
4.
Exception Seeking (ES) atau Pertanyaan
Kekecualian
SFBT mendasarkan pada
anggapan bahwa ada saat-saat dalam hidup klien ketika suatu masalah-masalah
yang mereka kenali tidak menjadi masalah. Waktu-waktu inilah yang disebut
kekecualian-kekecualian. Konselor mengajukan pertanyaan kekecualian untuk
mengarahkan klien ke arah waktu-waktu ketika problem tidak timbul. Kekecualian
adalah pengalaman-pengalaman masa lalu dalam hidup klien yang layak untuk
diharapkan muncul ketika ada masalah, meskipun biasanya tidak. Pengungkapan ini
mengingatkan kepada klien bahwa problem itu tidak semuanya memiliki kekuatan
dan tidak selalu muncul selamanya. Pengungkapan ini juga memberikan bidang
peluang bagi munculnya sumber, ditemukannya kekuatan, dan didapatkannya
kemungkinan solusi.
a.
Para pendukung SFBT berpendapat bahwa selalu ada saat dimana klien
merasakan ringan atau bahkan tidak sedang mengalami masalah.
b.
Konselor berusaha mendorong klien untuk menjelaskan apa yang
berbeda dengan saat ketika ia berada dalam kondisi bermasalah (kasus).
c.
Tujuan dari teknik ini adalah agar klien mengulang kesuksesan di
masa lalu, dan membantu mereka mendapatkan kepercayaan untuk melakukan
perbaikan ke depan berdasarkan pengalaman suksesnya tersebut.
5.
Mengatasi Pertanyaan/Coping Question
(CQ)
a.
Pengertian
Teknik CQ dirancang
untuk memperoleh informasi tentang berbagai sumber daya yang dimiliki
klien, yang saat itu hilang (dilupakan) tak ketahuan. Bahkan mungkin merupakan
ceritera dalam kondisi klien takberpengharapan (hoppless).
Rasa ingin tahu dan
senang dapat membantu klien melihat kekuatan tanpa mempertentangkan dengan
kondisi klien senyatanya.
Sumber daya yang dimiliki klien ada dua yaitu :
1.
Sumberdaya Internal: keterampilan,
kekuatan, kualitas, kepercayaan klien dan kapasitas mereka yang berguna.
2.
Sumberdaya External: Relasi yang mendukung,
seperti, mitra, keluarga, teman, atau kelompok agama dan juga kelompok-kelompok
pendukung yang lainnya.
b.
Contoh
“Saya melihat hal itu
benar-benar sulit bagi Anda, namun Saya kaget melihat fakta bahwa meskipun
dalam kondisi seperti itu Anda mampu me-manage dirimu untuk bangkit, dan
setiap pagi Anda melakukan semua yang diperlukan keluargamu. Bagaimana anda
melakukannya?”
6.
Umpan Balik Konselor kepada Klien
Para pelaksana konseling
umumnya mengambil waktu jeda lima sampai dengan sepuluh menit menjelang setiap akhir
pertemuan untuk menyusun suatu ringkasan pesan kepada klien. Selama waktu jeda
ini konselor merumuskan umpan balik yang akan diberikan kepada klien setelah
waktu jeda. De Jong dan Berg (dalam Gerald Corey, 2002:9) menguraikan tiga
bagian pokok untuk umpan balik yang berupa ringkasan: pujian, jembatan, dan
anjuran tugas. Pujian adalah pengakuan yang tulus terhadap apa yang telah klien
lakukan yang mengarah ke solusi yang efektif. Pujian-pujian ini yang wujudnya
berbentuk dorongan, menciptakan harapan, dan penyampaian harapan kepada klien
bahwa mereka dapat mencapai tujuan-tujuan mereka dengan menggunakan kekuatan
dan keberhasilan mereka. Kedua, sebuah jembatan menghubungkan pujian awal
kepada tugas anjuran yang diberikan. Jembatan memberikan alasan penalaran untuk
pujian itu. Aspek umpan balik ketiga berisi anjuran tugas kepada klien, yang
dapat dipertimbangkan sebagai pekerjaan rumah. Tugas pengamatan maksudnya ialah
meminta klien untuk sekedar memberikan perhatiannya kepada beberapa aspek
kehidupan mereka. Proses monitoring diri ini membantu klien mencatat
perbedaan-perbedaan apabila segala sesuatu keadaannya lebih baik.
7.
Penghentian
Dari awal sekali
wawancara berfokus solusi, konselor selalu berpikiran bahwa dalam bekerja akan
mengarah kepada penghentian. Begitu klien mampu membangun solusi yang
memuaskan, hubungan terapi dapat dihentikan. Sebelum konseling berakhir,
konselor membantu klien dalam mengenali hal-hal yang bisa mereka lakukan untuk
melanjutkan perubahan-perubahan yang telah mereka lakukan di masa yang akan
datang.
Klien juga bisa dibantu
untuk mengenali rintangan atau hambatan-hambatan yang kemungkinan ditemui dalam
perjalanannya memelihara perubahan yang telah mereka lakukan. Karena model
terapi ini singkat, berpusat pada masa sekarang, dan dimaksudkan untuk keluhan
tertentu, akan sangat mungkin bahwa klien akan mengalami persoalan-persoalan
perkembangan lain di kemudian hari. Klien bisa minta pertemuan tambahan kapan
saja ketika mereka merasakan adanya kebutuhan yang mereka rasakan untuk kembali
ke jalan hidup yang benar.
Kecocokannya
Diterapkan di Indonesia
Terapi singkat berfokus solusi bisa digunakan oleh konselor/guru
BK. Terapi ini berlangsung singkat dan bisa digunakan kapan saja maupun dimana
saja. Proses yang singkat inilah yang disukai oleh kebanyakan klien-klien di
Indonesia. Instan, begitulah orang-orang mengatakan. Klien-klien di Indonesia
lebih suka apabila permasalahannya langsung bisa diatasi, tanpa harus
menghimpun sebab-sebab masalah. Konselor/guru BK di Indonesia diharapkan mampu
secara kreatif memadukan antara menumbuhkembangkan kesadaran klien dan membuat
pilihan perubahan.
Pada terapi singkat berfokus solusi, klien di Indonesia diajarkan
suapaya tidak perlu terpaku pada masalah. Mereka perlu berfokus pada solusi,
bergerak menuju dan mengejawantahan solusi. Oleh karena itu, supaya masalah
yang dihadapi cepat teratasi maka konselor Indonesia yang menggunakan teori
SFBT tak perlu menggunakan kebiasaan lamanya yaitu dengan pertanyaan “mengapa”
tetapi langsung pada solusinya dengan menggunakan pertanyaan “bagaimana
tujuan/harapan yang akan Anda inginkan ?”. Misalnya pengetahuan tentang mengapa
seseorang menjadi peminum minuman keras 25 tahun yang lampau (semisal, karena
tekanan kelompok teman sebaya) ternyata tidak bermanfaat banyak, yang lebih
bermanfaat adalah bagaimana individu itu kini berubah.
DAFTAR PUSTAKA
Edy Legowo, dkk. 2008. Modul
Pendidikan dan Latihan Profesi Guru Bimbingan Konseling. Surakarta:
Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13
Michael S. Kelly, dkk. 2009. Solution-Focused Brief Therapy in Schools. Surakarta:
Perpustakaan Program Studi Bimbingan dan Konseling Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Langganan:
Postingan (Atom)